Sunday, September 23, 2007

TRADISI & BUDAYA DI BALI

Banyak Temple Ceremony Event di Bali
Bulan Juli ini ada beberapa event temple ceremony di Bali. Temple ceremony atau dalam bahasa Bali disebut PIODALAN adalah perayaan ulang tahun pura yg perhitungannya berdasarkan wuku, yang berulang setiap 210 hari sekali. Banyak pura yg melaksanakan piodalan baik itu pura Keluarga, pura Desa maupun pura Kahyangan Jagat (pura utama milik seluruh umat Hindu).


Hari Raya KUNINGAN dan Tradisi MENDAK
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu di Bali merayakan hari raya KUNINGAN yg jatuh pada Saniscara Kliwon Kuningan. Kali ini perayaan Kuningan berlangsung Sabtu 7 Juli 2007. Inti hari raya Kuningan sama dengan Galungan sebagai hari kemenangan kebaikan atas kejahatan. Moment Kuningan lebih dipakai sebagai ajang untuk mengheningkan pikiran agar kebenaran kebaikan yg telah didapat bisa tetap langgeng dan bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Pada Kuningan umat akan melakukan persembahyangan di pura kawitan atau pura keluarga masing-masing, kemudian persembahyangan dilanjutkan ke pura desa. Tua muda, laki perempuan, tidak ketinggalan anak-anak kecil pun dengan sukacita berpakaian adat Bali menuju ke pura. Bersamaan dengan perayaan Kuningan, pada hari tsb juga dilakukan piodalan (temple ceremony/ulang tahun pura) di Pura Sakenan dan Pura Taman Pule, yg merupakan pura Dang Khayangan, yaitu pura-pura yg dikategorikan sebagai pura luhur utama yg pernah disinggahi oleh para pendeta suci penyebar agama Hindu di Bali jaman dahulu. Pura Dang Khayangan adalah milik seluruh umat Hindu, siapapun berhak bersembahyang disana tanpa memandang garis keturunan, asal muasal ataupun profesi. Karenanya umat yg datang bersembahyang di kedua pura itu membludak, sampai berhimpit-himpitan. Walaupun perayaan dilakukan selama 3 hari (Sabtu, Minggu, Senin) tetep ajah rame setiap harinya. Tapi ini adalah godaan kalo mau menghadap Tuhan, mesti sabar dan fokus. Hal yg unik yg saya jumpai saat berdesak-desakan menunggu kesempatan untuk bersembahyang adalah tidak ada satupun yg komplain apalagi sampai mundur. Semua tetap semangat dan tidak mau kehilangan posisi antrian.

Nah hari ini Senin 9 Juli 2007 disebut dengan MENDAK, yaitu bersembahyang ke beberapa pura mengiringi para sesuhunan (roh suci) yg diwujudkan dalam bentuk barong. Pura yg biasanya dituju adalah Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Dalem. Ketiga pura ini disebut dgn Khayangan Tiga dan ada disetiap desa. Umat akan berjalan secara berkelompok menuju ke pura-pura tersebut membentuk sebuah prosesi iring-iringan. Ada yg melakukan prosesi ini pagi hari, ada juga yang melakukan sore hari. Prosesi Mendak ini adalah prosesi akhir dari rangkaian hari raya Galungan & Kuningan. Mudah-mudahan dengan aktivitas ritual yg telah dilakukan, Tuhan melimpahkan kedamaian kepada umat manusia, especially di jaman Kali yg notabene adalah jaman kehancuran. Dunia boleh panas akibat global warming, tapi hati manusia harus tetap dingin untuk menyeimbangkannya.

Kenapa Pohon Beringin??
Siapa yg tidak tahu pohon beringin. Pohon besar nan rimbun dengan akar berjuntai kebawah ini adalah jenis tanaman tropis yg banyak bisa dijumpai di Indonesia. Di Bali, pohon beringin banyak dijumpai di tempat-tempat pemujaan, khususnya di Pura Dalem dan Pura Mrajapati (yg lokasinya di kuburan). Penduduk Bali menganggap pohon beringin adalah pohon sakral yg memiliki banyak fungsi dalam ritual-ritual adat dan keagamaan, sehingga pada batangnya sering dililitkan kain kuning atau kotak hitam putih, dan kadang ada canang sebagai sesajen yg dihaturkan. Pertanyaannya adalah kenapa harus pohon beringin?.

Dari literatur yg saya baca dan pendapat seorang pendeta yg saya tanyakan, pohon beringin ternyata memiliki story serta filsafat hidup yg tinggi. Pohon beringin adalah pohon bodi yg tumbuh di surga. Pohon ini adalah pohon kalpataru yg mampu memberikan kebahagiaan bagi yg berada dibawahnya. Ini tidak terlepas dari cerita keberadaan pohon beringin itu sendiri. Diceritakan bahwa Dewi Parwati yg karena kesalahannya dihukum oleh suaminya Dewa Siwa selama 8 tahun untuk membersihkan diri di kuburan dalam wujud Dewi Durga. Setelah menjalani masa hukuman, Dewa Siwa turun ke dunia menjemput Parwati yg saat itu berwujud raksasa Dewi Durga. Siwa pun berubah wujud menjadi raksasa bernama Kala Engket. Rasa rindu ini menimbulkan kama atau nafsu antara Siwa dan Durga. Disebutkan dari kama ini tumpahlah air mani Siwa, yg jatuh dibadan Durga berubah wujud menjadi bhutakala-bhutakali (raksasa), makhluk halus (jin-jin) dan setan. Yg tumpah ditanah menjadi pohon kepuh, pohon beringin, pohon pule. Ketiga pohon tsb merupakan pohon sakral di Bali seperti pule batang kayunya dipakai utk topeng barong/rangda. Sedangkan pohon beringin, daunnya dipakai sarana saat upacara ngaben, upacara mamukur (kelanjutan ngaben), dan ritual-ritual lainnya. Bahkan daun beringin wajib ada dalam komponen pembuatan penjor (tiang bambu yg dihias janur saat hari Galungan).

Pohon beringin berkembang biak secara genetatif melalui biji yg ada pada buahnya. Kalau kita lihat buah beringin hanya sebesar biji kacang tanah. Jika ini dibelah, didalamnya terdapat ribuan butir biji-biji kecil yg besarnya sama dengan sebutir pasir halus di pantai. Sangat sangat kecil. Dari biji kecil inilah tumbuh sebuah pohon beringin yg hidupnya bisa mencapai umur ratusan tahun. Coba lihat bentuk pohon beringin. Batangnya kokoh, daunnya lebat dan rindang yg mampu memberikan rasa teduh bagi yg berada dibawahnya. Panasnya sinar matahari tidak bisa menembus rimbunnya daun beringin, begitu juga air hujan tidak bisa menembus rapatnya daun beringin. Akarnya yg menjuntai kebawah dulu dipakai oleh orang-orang untuk memanjat pohon sekaligus menghindarkan diri dari serangan binatang buas. Singkat kata, kita diharapkan mampu meniru pohon beringin yg berasal dari biji super kecil, dan saat tumbuh menjadi besar mampu memberikan perlindungan dan mengayomi orang yg ada dibawahnya, bahkan semua komponen pohon yg ada memiliki nilai guna positif. Bukan seperti karakter manusia yg setelah menjadi orang besar justru “memakan” orang-orang kecil, bahkan niat menolongpun tidak ada. Alangkah indahnya dunia jika semua manusia bisa menjadi “beringin” bagi manusia lainnya.

LEAK…Kemampuan Spiritual yg Sangat Tinggi
Fenomena tentang LEAK di Bali selalu menarik utk dibahas. Saya mendapatkan sebuah knowledge yg luar biasa dari seorang kawan yg mempelajari dan meneliti tentang leak ini. Berdasarkan kitab-kitab dan pengamatan, kawan yg juga seorang dosen ini menceritakan kepada saya apa dan bagaimana leak itu sebenarnya. Leak adalah kemampuan (siddhi) spiritual yg sangat tinggi.

No comments: